24 December 2017

INOVASI PEMBELAJARAN

Inovasi Pembelajaran

Pelatihan
Pelatihan

Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan pembelajar (baca: guru) dalam rangka membantu pebelajar (baca: murid) belajar.Mengingat saat ini telah berkembang beberapa aliran psikologi tentang belajar, yaitu behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme, pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang pembelajar tentu terkait erat dengan psikologi yang dianutnya. 

Menurut Smaldino, Russel, Heinich, & Molenda (2005), dalam pandangan behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku. Dengan dasar pengertian seperti itu, pembelajaran adalah upaya untuk membantu pebelajar mengalami perubahan tingkah laku. Untuk itu, pembelajar dengan sengaja menyediakan stimulus untuk mengubah tingkah laku pebelajar. Stimulus ini selanjutnya akan direspons oleh pebelajar.
Manakala respons terhadap stimulus ini sesuai dengan yang diharapkan oleh pembelajar, dan hubungan stimulus dan respons ini menjadi kuat, saat itu pebelajar dikatakan sudah belajar. Oleh karena itu, di dalam pandangan behaviorisme, tujuan utama pembelajaran adalah untuk membentuk hubungan stimulus respons yang kuat. Hukuman dan penguatan dijadikan sebagai alat untuk membantu terbentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respons ini. Oleh sebab itu, di dalam pandangan behaviorisme ini berkembang model-model pembelajaran Drill & Practice.
Smaldino dkk (2005) juga memberikan penjelasan tentang pandangan kognitivisme dalam belajar. Dikemukakan bahwa kognitivisme memandang manusia (baca: pebelajar) tidak dengan serta merta merespon stimulus yang datang kepadanya. Dalam pandangan kognitivisme, manusia diibaratkan dengan sistem komputer yang mengolah stimulus yang datang melalui sensory register-nya. Informasi tersebut ada yang langsung dicampakkan, ada yang dipandang cukup layak untuk mendapatkan perhatian sehingga di simpan di memori jangka pendek, dan ada pula yang dipandang sangat penting dan disimpan dalam memori jangka panjang.
Kumpulan informasi ini membentuk apa yang dikenal dengan istilah skemata atau struktur kognitif. Setiap individu pebelajar selalu mengembangkan struktur kognitifnya dari waktu ke waktu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru diterima dan ditambahkan ke dalam struktur kognitif yang ada tanpa harus merombak hubungan antar konsep dalam struktur kognitif sebelumnya. Akomodasi terjadi jika pengetahuan yang baru diterima memaksa struktur kognitif yang ada melakukan penataan ulang terutama terkait dengan hubungan antar konsepnya.
Mengingat setiap individu sudah memiliki struktur kognitif, pembelajaran akan berhasil jika informasi yang disajikan oleh pembelajar "matching" atau cocok dengan struktur kognitif yang dimiliki pebelajar. Karena itu, di dalam pandangan kognitivisme, praktik pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan pengalaman, minat, dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Karena itu, di dalam pandangan konstruktivisme ini berkembang beberapa model pembelajaran antara lain pendekatan Inquiry, Guided Discovery, Contextual Teaching and Learning, Realistic Mathematics Education.
Terkait dengan pandangan konstruktivisme, Smaldino dkk (2005) mengemukakan bahwa konstruktivisme merupakan suatu gerakan yang berkembang melampaui kepercayaan tentang kebenaran dalam kognitivisme. Kalau dalam kognitivisme kebenaran itu ada di alam atau di luar kepala pebelajar, maka dalam pandangan konstruktivisme, kebenaran itu dibangun oleh  pebelajar itu sendiri. Pebelajar tidak menerima begitu saja suatu kebenaran, melainkan pebelajar itu sendiri yang memaknai kebenaran. Pebelajar secara aktif memaknai kebenaran informasi yang datang kepadanya, dan bersikap serta bertindak sesuai dengan makna yang dibangunnya.
Dalam pandangan konstruktivisme, segala macam informasi adalah netral. Karena itu, pembelajaran adalah upaya untuk membantu pebelajar mengembangkan kemampuan memaknai informasi. Pembelajaran lebih dimaksudkan untuk membantu pebelajar belajar tentang belajar (learning how to learn). Pembelajar lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator belajar. Karena itu, di dalam pandangan konstruktivis ini, pembelajar lebih banyak bertugas menyediakan lingkungan belajar yang baik, dan menyiapkan berbagai macam alternatif tugas yang bisa dipilih oleh pebelajar agar mampu mendorong pengkonstruksian makna oleh siswa. Open- ended instruction yang dicirikan dengan pemberian pertanyaan terbuka merupakan salah satu bentuk penerapan dari pandangan konstruktivisme.
Di dalam pandangan konstruktivisme ini pula dikemukakan, terutama pandangan konstruktivisme sosial, bahwa bahasa merupakan faktor penting dalam pembentukan makna. Melalui bahasa seorang bayi bisa memahami tingkah laku orang tuanya, tetangga, dan masyarakatnya. Karena itu, komunikasi antar pebelajar merupakan faktor yang mendapatkan perhatian utama dalam pandangan konstruktivisme sosial. Bahkan, dengan bantuan tutor seorang yang "lebih dewasa" yang membantu pebelajar tersebut belajar dalam Zone of Proximal Development-nya, pebelajar bisa mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya dari level aktualnya ke level idealnya. Sebagai akibatnya, di dalam pandangan konstruktivisme, berkembang model-model pembelajaran cooperative learning. 
Pengarang 

Abdur Rahman As’ari

No comments:

Post a Comment

Komentar anda

Aturan

1. Blogger yang baik tidak plagiat (Kopy Paste Tanpa Ijin)
2. Blogger yang baik tidak komentar yang menyinggung SARA
3. Blogger yang baik Menjaga Aturan Sesama Blogger
4. Blogger yang baik Santun dalam Berkomentar

Popular Posts