10 November 2014

INOVATIF DALAM KOMPONEN PEMBELAJARAN

INOVATIF DALAM KOMPONEN PEMBELAJARAN

 

pelatihan
pelatihan

Inovatif merupakan kata sifat yang berasal dari kata bahasa Inggris INNOVATIVE yang artinya "new and creative: new and creative, especially in the way that something is done" (Microsoft® Encarta® 2006. © 1993-2005 Microsoft Corporation). Dengan demikian, sesuatu yang inovatif adalah sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Ia merupakan sesuatu yang baru, dan hasil kreasi dari orang yang kreatif.

Pembelajaran Inovatif

Berdasarkan definisi pembelajaran dan inovatif tersebut di atas, pembelajaran inovatif adalah upaya baru yang kreatif dalam rangka membantu pebelajar belajar. Segala macam upaya yang dilakukan oleh pebelajar dalam rangka membantu pebelajar mereka belajar dapat dikategorikan sebagai pembelajaran inovatif.

Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang memuat berbagai komponen yang saling terkait. Komponen-komponen tersebut bekerja bersama-sama sehingga memungkinkan pebelajar melaksanakan kegiatan belajarnya.

Di dalam pembelajaran, setidak-tidaknya ada beberapa komponen yang perlu mendapatkan perhatian. Komponen-komponen tersebut adalah:

Komponen Baku

·  pebelajar
·  pembelajar
·  sumber belajar

Pebelajar

Pebelajar adalah mereka yang sedang belajar. Dalam pandangan behaviorisme, pebelajar adalah orang yang menjadi obyek dikenainya stimulus dan diharapkan memberikan respons yang diinginkan. Pebelajar adalah obyek penderita dari kegiatan belajar. Pebelajar lebih bersifat sebagai penerima pasif dari stimulus yang disediakan oleh pebelajar.

Dalam pandangan kognitivisme, pebelajar adalah orang yang menjadi obyek dikenainya informasi dan diharapkan mengolah informasi tersebut dengan struktur kognitifnya. Pebelajar juga masih menjadi obyek penderita dari kegiatan belajar. Pebelajar masih belum sepenuhnya bebas atau merdeka. Informasi disediakan secara top-down oleh pembelajar. Namun demikian, informasi yang disediakan ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan pebelajarnya. Ada semacam tuntutan kepada pembelajar agar aktif mengenali dan mengetahui kondisi terakhir pebelajarnya. Pembelajar selanjutnya merancang pembelajaran yang sesuai dengan hasil pengenalannya tersebut.

Dalam pandangan konstruktivisme, pebelajar mendapatkan posisi yang lebih manusiawi. Di samping sebagai obyek, pebelajar juga menjadi subyek dalam pembelajaran tersebut. Pebelajar tidak hanya menerima desain pembelajaran dari pembelajar. Pebelajar juga berhak untuk menentukan apa dan bagaimana dia belajar. Bahkan, produk hasil belajarnya pun banyak ditentukan oleh pebelajar itu sendiri. Pembelajar lebih banyak menempatkan diri untuk mengembangkan potensi pebelajar se optimal mungkin.

Pembelajar

Pembelajar adalah mereka yang mengupayakan agar terjadi belajar dalam diri pebelajar.

Dalam pandangan behavioris, pembelajar adalah para perancang stimulus dan penilai efektivitas dan efisiensi respons yang diberikan oleh pebelajar. Pembelajar merupakan raja yang menentukan tujuan belajar, jenis stimulus yang akan diberikan, alokasi waktu yang diperlukan, alat dan kriteria penilaian yang digunakan. Pembelajar merancang dan menentukan segalanya.

Dalam pandangan kognitivis, pembelajar adalah perancang informasi yang dipandang sesuai untuk disajikan kepada pebelajar dalam tingkat perkembangannya. Pembelajar masih merupakan raja, akan tetapi ia tidak lagi bebas seenaknya. Tidak sebarang informasi dapat diberikan oleh pembelajar. Ia harus mengenali secara baik karakteristik dan perkembangan intelektual pebelajarnya, dan merancang pembelajaran sesuai dengan hasil pengenalannya tersebut.

Dalam pandangan konstruktivis, pembelajar lebih banyak menempatkan diri sebagai mitra dan pendukung belajar pebelajarnya. Pembelajar dituntut untuk mengakui bahwa setiap pebelajar memaknai segala informasi yang datang kepadanya. Pemaknaan itu sifatnya sah-sah saja bahkan bisa memperkaya khazanah pengetahuan. Pembelajar tidak boleh memaksakan pemahamannya untuk diterima begitu saja oleh pebelajar.

Sumber Belajar

Sumber belajar adalah pusat yang menyediakan segala informasi untuk dipelajari.

Dalam pandangan behavioris, kebenaran itu ada di alam. Manusia tinggal menemukan kebenaran itu melalui penyelidikan dan penelitian. Karena itu, hasil-hasil penyelidikan dan hasil penelitian adalah sumber pengetahuan.Ilmuwan adalah orang yang dipandang memiliki akses yang lebih luas terhadap sumber pengetahuan. Karena itu, ilmuwan boleh dibilang sebagai sumbernya pengetahuan.

Dalam konteks hubungan kebudayaan, ilmuwan ini selanjutnya berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat. Dengan menggunakan sarana komunikasi lisan dan tulisan, pengetahuan yang dimiliki oleh ilmuwan ini selanjutnya menyebar dan menjadi representasi pengetahuan yang dimiliki oleh ilmuwan tersebut.Karena itu, dalam pandangan behaviorisme, buku-buku dan para pembelajar yang telah berkomunikasi dengan ilmuwan (secara tertulis atau secara lisan) merupakan sumber belajar.

Pandangan kognitivisme tidak berbeda jauh dengan pandangan behaviorisme dalam hal prinsip kebenaran. Seperti halnya behaviorisme, kognitivisme memandang kebenaran itu ada di alam. Karena itu, sumber belajar dalam pandangan kognitivisme tidak berbeda pula dengan sumber belajar dalam pandangan behaviorisme.

Sementara itu, dalam pandangan konstruktivisme, kebenaran ada di dalam diri pebelajar. Fenomana yang tampak di alam hanya menyajikan suatu gejala dan kebenarannya tergantung kepada persepsi dan pemaknaan individu pemerhati gejala tersebut. Orang bisa memiliki makna yang berbeda terhadap fenomena yang sama. Karena itu, buku dan pembelajar bukan satu-satunya sumber belajar. Buku dan sumber belajar lebih bersifat sebagai pembanding dari makna yang dibangun pebelajar itu sendiri.

Pengarang  Abdurrahman As'ari

No comments:

Post a Comment

Komentar anda

Aturan

1. Blogger yang baik tidak plagiat (Kopy Paste Tanpa Ijin)
2. Blogger yang baik tidak komentar yang menyinggung SARA
3. Blogger yang baik Menjaga Aturan Sesama Blogger
4. Blogger yang baik Santun dalam Berkomentar

Popular Posts